Siapa Sangka Kutu Rusa Bisa Sebabkan Penyakit Lyme Berikut  Pengobatan Medis Teraneh dalam Sejarah Manusia Bikin Kamu Tepuk Jidat

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)– Kutu memang kerap dianggap sebagai parasit yang sering menyerang tumbuhan, hewan, ikan dan juga manusia. Tapi, kutu yang menggigit hewan bisa juga menyerang manusia loh.

Salah satunya deer Tick atau Kutu Rusa, yang bisa menginfeksi manusia. Memiliki nama latin Ixodes scapularis, kutu ini dikenal dengan nama black-legged tick atau kutu rusa lantaran sering ditemukan menyerang rusa.

Celakanya, kutu satu ini dapat membawa penyakit bernama Lyme. Hal ini bisa terjadi lantaran kutu rusa membawa bakteri borrelia. Lewat gigitannya yang kemudian menghisap darah, manusia pun akan terinfeksi penyakit tersebut.

Mengutip okezone.com, Farhan Zubedi, dokter sekaligus influencer menyebut, kutu rusa biasanya ada di rumput yang tinggi ataupun pepohonan. Ketika manusia lewat, kutu rusa bakal menempel hingga menggigit serta menghisap darah.

"Biasanya butuh 36 sampai 48 jam bagi si kutu ini menempel sebelum menimbulkan penyakit Lyme," kata Farhan Zubedi, dikutip dari instagram.

Menurut Farhan, gejala seseorang yang terinfeksi penyakit lyme mirip seperti flue. Selain itu, timbul juga ruam khas berbentuk 'papan target'. Kalau sudah sampai terkena penyakit lyme, maka harus segera ditangani sebelum menjadi semakin parah.

"Makanya kalau melihat kutu rusa ini menempel harus segera dicabut , terutama di bawah 24 jam untuk mencegah terjadinya penyakit lyme," ujarnya.

Farhan menambahkan, pengobatan penyakit lyme yang disebabkan oleh kutu rusa sendiri cukup mudah yakni menggunakan antibiotik. Namun ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu mengenai antibiotik yang sesuai.

Mencabut kutu rusa yang tertancap di kulit tidak bisa sembarangan. Kalau langsung mencabut pakai tangan, dikhawatirkan bagian mulut masih tertinggal di dalam kulit. Oleh sebab itu, gunakan lah pinset dengan ujung yang tajam. Tekan kutu menggunakan pinset, dekatkan ke kulit sedekat mungkin.

Setelah itu, keluarkan kutu secara perlahan dan usahakan tarikan tetap stabil. Tidak perlu terburu-buru dan tidak goyang agar bagian mulut jangan sampai tertinggal di dalam. "Kalau ini terjadi (mulut kutu rusa tertinggal di kulit) masih bisa menginfeksi," jelas Farhan Zubedi.

Apabila kutu rusa berhasil dikeluarkan, segera bersihkan luka menggunakan air dan sabun. Kutu jangan dihancurkan, melainkan masukkan ke dalam wadah berisi alkohol supaya mati. Kalau sudah, masukan kutu ke dalam plastik dan buang. Anda bisa juga membuang kutu dengan menyiramnya melalui toilet.

Teraneh dalam Sejarah Manusia? 

Seperti diketahui di masa kini, pengobatan medis sudah semakin canggih. Masyarakat modern memiliki banyak keistimewaan, salah satunya adalah kemampuan untuk mengunjungi dokter dan mendapatkan pengobatan yang aman dan efektif. Namun, sebelum semua hal itu terjadi, masyarakat di masa lalu mengobati berbagai keluhan sakit mereka dengan beberapa cara pengobatan yang aneh. 

Mengutip kompas.com, pengobatan medis paling aneh Berikut beberapa lima pengobatan medis paling aneh dalam sejarah manusia, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (31/7/2023).

Gunakan Kentut dalam Botol

 Sebotol kentut Pengobatan medis paling aneh dan konyol yang pernah dilakukan yakni saat wabah Besar London pada tahun 1660-an. 

Ini adalah masa yang menakutkan, bahkan masyarakat bersedia melakukan apa saja untuk tetap sehat, termasuk mengendus kentut mereka sendiri. Saat itu, para dokter tampaknya yakin bahwa wabah itu menyebar melalui uap udara yang mematikan dan zat yang berbau busuk dapat menetralisir polusi. Karena itu, beberapa penduduk setempat tampaknya mulai menyimpan kentut mereka di dalam toples, untuk berjaga-jaga jika situasinya tiba-tiba di luar kendali. 

Transfusi susu 

Sebelum golongan darah ditemukan, sekitar setengah dari semua pasien yang menerima darah dari donor akhirnya meninggal. 

Pada akhir 1800-an, perawatan atau pengobatan medis menggunakan susu sebagai gantinya, menjadi cukup populer di kalangan dokter di masa itu.  Cairan berharga, baik dari sapi, kambing, atau manusia, dianggap memberi tubuh bahan mentah untuk membuat sel darah putih dengan cara yang lebih aman daripada mengisinya kembali melalui darah donor. Namun kenyataannya, transfusi susu masih sering mengakibatkan kematian. Ide pengobatan itu pun segera ditinggalkan. 

Kekuatan mumi

 Jika Anda memasuki apotek Eropa pada periode abad pertengahan, ada kemungkinan besar Anda akan keluar dengan sebotol bubuk yang berisi mumi Mesir yang ditumbuk. Sejak abad ke-12 dan seterusnya, obat mumi tersebar luas di Eropa dan digunakan untuk mengobati memar, sakit kepala, luka, kanker, asam urat, atau depresi. 

Baru pada abad ke-16 para dokter mulai mempertanyakan obat itu. Kemungkinan besar, pengobatan medis tersebut terjadi akibat kesalahpahaman konyol yang didasarkan pada kesalahan penerjemahan teks-teks kuno. Teks-teks ini berpendapat bahwa bitumen, yang sering digunakan dalam proses mumifikasi, dianggap sebagai bentuk pengobatan yang diyakini dapat menyembuhkan luka dan anggota tubuh yang patah atau memberikan penangkal racun.

 Namun malah mumi itu sendiri yang dianggap sebagai obat. Berbaring di bangkai paus 

Salah satu kegilaan medis yang lebih baru dan menggelikan terjadi pada akhir abad ke-19 di Australia. Pasien dengan rheumatoid arthritis diminta untuk berbaring dibangkai paus selama beberapa jam untuk menyembuhkan penyakitnya. Pengobatan medis yang aneh itu tampaknya 'ditemukan' oleh seorang pemabuk yang menemukan seekor paus mati di pantai. Untuk beberapa alasan ia kemudian masuk ke dalam bangkai. Tidak hanya sadar sepenuhnya, ia mengaku sembuh dari rematiknya.

 Suntikan jus kubis 

Di Roma kuno, ada satu sayuran yang dianggap lebih sehat daripada sayuran lainnya. Baca juga: Seperti Apa Karya Seni yang Dibuat Manusia Purba Neanderthal?   Menurut cendekiawan Romawi terkenal Pliny the Elder itu adalah kubis. Dari semua penggunaan yang direkomendasikan Piny, salah satu yang paling aneh adalah suntikan jus kubis hangat ke telinga untuk menyembuhkan gangguan pendengaran. Sejarawan Romawi Marcus Cato the Elder juga menulis risalah 2.000 kata tentang keajaiban kubis, salah satunya sebagai pengobatan medis untuk menyembuhkan penyakit. 

"Ini meningkatkan pencernaan dengan luar biasa dan merupakan pencahar yang sangat baik, dan urin pemakan kubis sehat untuk semuanya," sembur Cato. 

Pliny berkata pula bahwa jika anak laki-laki kecil dimandikan dengan air seni ini, mereka "tidak akan pernah menjadi lemah".***